Salah satu yg paling diperlukan dalam mengamati gelembung gas ini adalah asal muasalnya. Ada dua kemungkinan sumber gas ini yaitu, dari gas yang terpreangkap dalam pori-pori. Dalam perminyakan disebut gas trap (gas yang terperangkap). Selain itu ada pula gas yang terlarut dalam cairan disebut dissolved gas.
Kemungkinan pertama dengan adanya gas trap sebagai sumber gas biasanya muncul ketika awal-awal kejadian blowout. Tekanan gas yang sangat tinggi (overpressure gas) selalu menjadi kambing hitam pertama ketika mengalami tendangan pada sebuah sumur. Namun setelah melihat bahwa semburan ini tak henti-henti dalam waktu setahun lebih dengan dbit yang sangat luar biasa ini maka kemungkinan adanya gas yang terperangkap sebagai sumber tekanan menjadi diragukan. Kalau saja gas itu memiliki tekanan tinggi tentunya sudah habis dalam beebrapa bulan saja.
Dahulu air yang diperkirakan terperangkap dalam pori-pori Batugamping Formasi Kujung akan habis adalam waktu sekian bulan saja (3-5 bulan). Namun justru kali ini air yang keluar sudah jauh lebih banyak dari tangki dibawah sana yang diperkirakan ada pada Batugamping Formasi Kujung. Demikian juga gas yang terperangkap, tentunya sudah akan “nggemboss” dan turun tekanannya dalam waktu yang cukup cepat. Kenyataannya semburan juga tidak berhenti hingga sekarang. Dengan demikian hipotesa gas trap (gas terpreangkap) maupun trap water (air yang terperangkap) menjadi lemah saat ini.
Oleh sebab itu sangat mungkin gelembung-gelembung gas yang keluar dari Lusi merupakan gas yang terlarut dalam air ataupun fase gas dari air (uap air /steam) akibat penanasan dari dalam bumi.
Kalau saja gelembung gas itu merupakan fase gas dari air akibat pemanasan maka akan mengikuti grafik fase (P=T) dari air seperti disebelah ini.
Grafik disebelah ini grafik fase dari air. Sebelah kiri sumbu tekanan dalam atmosfer dan skalanya berupa skala logaritmik. Sedangkan kekanan merupakan sumbu temperature. Yang dikiri dingin yang dikanan panas. Coba lihat titik merah yang merupakan titik didih air yaitu 100 °C pada tekanan 1 atmosfer. Jadi pada tekanan rendah maka air akan mendidih dibawah 100 ÂșC. Garis batas uap dan cair itu menunjukkan titik didih dari air. Diman fase air berubah dari cair menjadi uap.
Lumpur panas ini mengalir dari bawah keatas. Semakin keatas maka temperatur serta tekanannya akan berkurang. Turunnya suhu bisa dilihat disini saat kita mengamati awal kelahiran Lusi. Jadi penurunan suhu bisa diperkitakan dari gambar itu kan ? Dan kita juga bisa melihat tentunya ada titik kedalaman tertentu dimana awal pemunculan gelembung gas ini (bubble point). Dan tentusaja bisa dihitung atau diperkirakan.
Karena keluarnya gas-gas inilah maka kekuatan daya dorong fluida keatas juga cukup besar. Dan seandainya gelembung-gelembung ii terkumpul di rongga dibawah tentunya akan sangat berbahaya, karena menyimpan tenaga dorong keatas karena faktor bouyancy atau daya apung yang cukup besar.
Ingin bukti ?
Coba masukkan balon kedalam air. Tentu akan sangat mudah balon ini akan pingin mengambang hanya karena tekanan udara yang ingin naik keatas. Bahkan sangat mungkin balon itu akan meletus (DOR !) ketika dimasukkan kedalam air bukan ? Kalau ingin tahu besarnya gaya keatas ya mesti belajar lagi hukum Archimides. Ndak usah pakai rumus2 yang susah-susah. Kalau mau nyumbat serius ya baru pakai rumus yang aneh-aneh. Tapi buat kita mendongeng begini pakai rumus yang mudah saja, kan ?
Sekarang kita tahu bahwa ada gaya keatas disebabkan oleh gelembung gas, dan kita tahu adanya grafik hubungan antara tekanan suhu dan pembentukan gelembung (bubble point) dari grafik diatas. Tentunya kalau tekanan itu turun secara cepat maka pembentukan gelombang juga akan semakin cepat. kalau saja kita mampu menghambat atau memperlambat timbulnya gelembung, maka kita telah mengurangi daya dorong keatas.
Bagaimana caranya ?
Salah satu yang sudah dilakukan oleh tim BOLTON adalah dengan menahan jalannya aliran dengan Bola-Bola Beton, sehingga tekanan dibawah masih cukup besar sambil tetap mengalir tetapi menahan pemebantukan gelembung. Kalau bubble point bisa ditunda moga-moga saja debit akan berkurang.
Jadi barangkali beginilah cara kerja BOLTON itu.
Bola-bola ini bentuknya sangat seragam sehingga segalanya bisa menjadi sangat terukur dan diharapkan terkendali. Sekali lagi terukur dan diharapkan terkendali. Namun memang tidak mustahil bahwa dengan batukalipun bisa saja dilakukan asalkan semuanya terukur. Bolton ini bulat-bulat dan licin, sehingga jalannya lumpur hanya dihambat tetapi tidak tersumbat. Seperti yang ditulis dahulu dijelaskan bahwa BOLTON akan menghambat jalannya lumpur.Batukali bentuknya relatif lebih runcing-runcing sehingga pori-porinya akan lebih kecil, dibandingkan dengan bola-bola beton yang bulat-bulat dan licin. Juga karena bentuk batukali itu tidak teratur maka tentunya akan sulit melakukan penghitungan serta simulasi apa yang mungkin terjadi.
Menggunakan BOLTON yang sudah seragam dan terukur-pun belum tentu akan ngefek seperti yang dipikirkan. Termasuk berhentinya 30 menit itu jelas bukan diketahui sebelum dimasukkan bolton, kan ? Hal ini disebabkan karena masih banyak faktor-faktor lain yang harus diperhitungkan. Faktor2 yg belum diketahui ini misalnya bentuk lubang, suhu atau tempertur serta tekanan dibawah sana, sumber air dan material2 lainnya. Juga tidak kalah penting struktur geologi bawah permukaan yang perlu diketahui dengan detil. Dengan demikian potential failure atau kemungkinan kegagalannya jelas masih ada, kan ? Dan sudah dijelaskan disini juga sebelumnya looh.
Batu-kali bisa menyusul.
Saya perkirakan kalau saja Bolton ini mampu mengurangi debit secara perlahan, maka sangat mungkin nantinya batu-kalipun akan aman untuk dimasukkan sebagai pengisi lubang. Sekali lagi kalau nantinya semburan ini sudah dapat “dikendalikan“. Banyak faktor-faktor bawah permukaan yang harus diukur sebelum melakukan tindakan.
Yang dijelaskan diatas harus diingat lagi hanyalah untuk menahan satu dari tiga kemungkinan sumber tekanan lumpur untuk naik keatas. Selain tekanan gas, masih ada dua sumber tekanan lain yang harus dilawan, yaitu tekanan hidrostatis dan tekanan lithostatis.
Sumber : http://riobm.wordpress.com/2007/06/08/menahan-lumpur-dengan-bola-beton/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar